Pandemi Covid-19 tidak menjadi penghalang untuk tetap melaksanakan upacara Puja Bakti/ Dokyo Syodai dalam rangka Hari Raya Waisak 2564BE/2020. Upacara Ritual Dokyo Syodai dipimpin oleh Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja dan disiarkan secara Live Streaming melalui saluran YouTube NSI agar dapat diikuti serentak oleh seluruh umat NSI di Wihara, Cetiya, dan rumah masing-masing di seluruh Indonesia tepat pukul 10.00 WIB pada hari Kamis, 07 Mei 2020.
Banyak pesan penting/ refleksi setelah selesai melaksanakan Dokyo Syodai Waisak kali ini, hal tersebut disampaikan dalam Sambutan sekaligus Pesan Waisak Ketua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja yang dinarasikan dalam Audio Video Liputan Berita Metro TV ini. Sambutan lengkapnya dapat dibaca pada bagian akhir dari artikel ini.
Liputan berita Waisak NSI disiarkan dua kali oleh Metro TV satu hari setelah perayaan waisak dilaksanakan (08 Mei 2020). Disiarkan dalam acara Selamat Pagi Indonesia dan Metro Siang.
SAMBUTAN KETUA UMUM NSI
DALAM RANGKA PERINGATAN HARI RAYA WAISAK 2564 BE TAHUN 2020
Nammyohorengekyo,
Umat NSI yang berbahagia dan seluruh umat Buddha Indonesia, Selamat Waisak 2564 BE/2020, yang tahun ini kita peringati dengan tema: “Dengan Kesadaran Dharma Kita Tingkatkan Kepedulian Sosial Demi Keutuhan Bangsa” dan Subtema: “Tekad Kami Hanya Satu, Mencabut Akar Penderitaan Sekaligus Membahagiakan Seluruh Makhluk.”
Hari ini, umat Buddha Indonesia dan mancanegara bersama-sama memperingati Hari Waisak, hari raya keagamaan Buddha di mana kita diajak untuk merefleksikan perjuangan Buddha Sakyamuni dalam menghayati Buddhisme dan menjadi teladan dalam sikap hidup sehari-hari. Tiga peristiwa penting dalam peringatan Hari Waisak adalah kelahiran Siddharta Gautama, pencapaian kesadaran Buddha beliau sehingga dikenal sebagai Buddha Sakyamuni (orang yang mencapai kesadaran/penerangan sempurna dari suku Sakya), dan moksyanya/wafatnya Buddha Sakyamuni (parinirwana).
Tujuan kelahiran Buddha sejatinya adalah untuk menunjukkan jalan Dharma (Hukum, aturan,kebenaran) yang berisi nilai-nilai universal, falsafah kehidupan yang mendalam, serta pencerahan tentang hakikat dan makna kehidupan umat manusia yang sejati. Sang Buddha juga telah menunjukkan keteladan kepada umat manusia bahwa seluruh umat manusia bisa memunculkan dan mencapai kesadaran Buddha seperti yang telah dicapai oleh dirinya sehingga dapat menjadi manusia yang bermanfaat dan bahagia seutuhnya.
Perayaan Waisak tahun ini dengan adanya Pandemi Covid-19 bukanlah penghalang untuk melakukan refleksi diri dalam momen Waisak 2564 BE / 2020. Umat Buddha NSI memperingati Waisak dengan melaksanakan Puja Bakti/Dokyo Syodai (membaca paritra-Saddharmapundarika Sutra Bab II, Bab XVI dan melantunkan mantra agung Nammyohorengekyo) tahun ini secara sederhana yang disiarkan langsung melalui media online dari Vihara Sadaparibhuta/Balai Pusat NSI, Jakarta dan diikuti serentak oleh Vihara dan Cetya NSI se-Indonesia, dipimpin oleh ketua daerah masing-masing yang diikuti maksimal 5 s.d 6 orang termasuk putra altar, dengan mengikuti protokol kesehatan. Umat NSI lainnya dapat mengikuti Puja Bakti/Dokyo Syodai di altar pribadi umat dari rumah masing-masing beserta seluruh anggota keluarganya.
Perlu kita ketahui, saudara-saudara kita umat Kirstiani serta Hindu sudah menjalani peringatan hari keagamaannya dengan baik saat merayakan Paskah serta Nyepi, begitupun dengan saudara kita umat Muslim yang saat ini sedang menjalankan ibadah puasa, seluruh pelaksanaan keagamaan tersebut diselenggarakan secara sederhana dengan menaati protokol kesehatan yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia. Tidak ada satu pun peringatan hari keagamaan tersebut yang menimbulkan kerumunan orang atau pun hal-hal yang menimbulkan keributan. Hal ini menandakan kedewasaan sikap beragama umat beragama Indonesia yang menjadi modal dasar untuk bisa bersatu menaklukan Covid-19.
Begitu banyak permasalahan dan tantangan yang kita hadapi bersama sebagai warga negara Indonesia dan warga dunia dalam situasi pandemi Covid-19 saat ini. Kita harus menyadari bahwa pandemi yang terjadi saat ini merupakan salah satu dari 3 bencana (peperangan, penyakit menular dan kelaparan) yang telah disampaikan oleh Buddha Niciren dalam sastraNya. Sumber dari wabah penyakit menular ini adalah tiga akar keburukan yang terdapat dalam hati manusia masa mutakhir Dharma saat ini, yaitu: keserakahan, kemarahan, dan kebodohan yang mengakibatkan perilaku manusia menjadi kacau, mengeksploitasi lingkungan secara berlebihan sehingga keseimbangan alam terganggu dan virus bermutasi menjadi ganas dan ‘lihai’. Keganasan dan kelihaian virus saat ini merupakan cermin dari keganasan dan kelihaian hati manusia.
Untuk mengembalikan keseimbangan alam maka harus menyingkirkan tiga akar keburukan manusia tersebut, dengan memunculkan kesadaran hakiki yang ada di dalam dirinya. Doa/Daimoku, menyebut mantra agung Nammyohorengekyo, adalah jalan langsung yang dapat memunculkan kesadaran hakiki tersebut, obat paling mujarab untuk mengatasi tiga akar keburukan.
Kesadaran hakiki tersebut lah yang menjadi dasar dari praktik Buddha Dharma umat NSI dalam melaksanakan pertapaan kebodhisatvaan/kebuddhaan, memberi kebahagiaan dan mencabut penderitaan orang lain. Hal tersebut terejawantah dalam sikap dan aksi umat NSI dalam situasi Pandemi Covid-19, yaitu senantiasa mematuhi protokol kesehatan, melaksanakan pola hidup bersih dan sehat, menjaga jarak, dan tetap berada di rumah sehingga sampai saat ini umat tidak berjodoh dengan terjangkitnya Covid-19. Selama berada di rumah, sejak tanggal 21 Maret 2020 umat NSI seluruh Indonesia senantiasa melaksanakan doa/daimoku serentak yang dilaksanakan setiap jam 14.00 s.d 16.00 WIB, bukan hanya sekadar melaksanakan doa/daimoku dan menyelamatkan diri sendiri saja, tetapi umat NSI juga secara aktif bergotong royong membuat masker berbahan dasar kain untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan kebutuhan masyarakat luas. Hingga saat ini sudah terkumpul kurang lebih 20.000 masker kain dan 15.000 lebih masker sudah didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan di Jabodetabek, hingga Nusa Tenggara Timur. Selain masker, NSI juga turut menyumbangkan cairan Desinfektan dan baju Alat Pelindung Diri (APD).
Umat NSI juga telah melakukan penyemprotan cairan desinfektan di seluruh Vihara dan Cetiya di 18 Provinsi di seluruh Indonesia. Selain itu umat NSI juga telah melakukan bakti sosial Donor Darah di Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Bali, Lampung, Bangka, Surabaya, Palembang saat Palang Merah Indonesia (PMI) sedang kekurangan pendonor darah akibat mewabahnya Virus Corona, karena banyak orang yang “takut” untuk melakukan donor darah. Saat krisis seperti ini lah waktunya para Bodhisattva yang Muncul Dari Bumi (umat dan pimpinan NSI) mewujudnyatakan tugas kejiwaannya dalam kehidupan nyata. Gerakan kebodhisatvaan/kebuddhaan seperti inilah upaya kita untuk menyingkirkan tiga akar keburukan dalam menjaga alam semesta sehingga akibatnya alam semesta akan menjaga kita, virus pun menjadi jinak dan dapat ditaklukan. Pada intinya, menaklukan Covid-19 adalah menaklukan kesesatan (keserakahan, kemarahan, dan Kebodohan) diri sendiri.
Dengan kesadaran tersebut kita dapat memaknai pandemi covid-19 ini sebagai hikmah baik, menjadi jodoh untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi perkembangan dunia yang serba online, serba teknologi, kita menjadi terlatih untuk hidup efisien, hemat energi, menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta lebih mencintai keluarga yang selama ini sering kali dipisahkan dengan kesibukan di luar rumah. “Merdeka Belajar” yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia saat ini salah satu dasarnya adalah belajar dari rumah, kalau tidak ada pandemi Covid-19 sulit dan butuh waktu yang lama untuk terbiasa dengan program tersebut, tapi saat ini semua pelajar, guru, dan orangtua mulai terbiasa dengan aktivitas belajar dari rumah. Ibadah di rumah pun menjadi hikmah baik, karena pada hakikatnya beribadah itu tidak tergantung tempatnya, tetapi tergantung kesungguhan hatinya, menyadari bahwa keberadaan agama adalah untuk menyelesaikan masalah, bukan menimbulkan masalah. Sikap-sikap seperti ini adalah wujud kedewasaan umat beragama Indonesia yang menjadi modal dasar untuk bisa bersatu menaklukan Covid-19.
Terima kasih kepada umat NSI atas sikap baiknya untuk berdoa/daimoku, memunculkan kesadaran dalam menaati protokol kesehatan, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), melaksanakan pertapaan kebodhisatvaan/kebuddhaan untuk menaklukan kesesatan diri sendiri, sikap ini harus dapat dipertahankan dan terus ditingkatkan sampai kita dapat menaklukan Covid-19. Pandemi ini harus membuat kita menjadi lebih maju, jangan malah membuat kita hancur berantakan. Jadikanlah Covid-19 ini sebagai jodoh baik untuk semakin memperkuat diri kita, sehingga umat NSI menjadi semakin baik dan dapat turut memajukan Indonesia menjadi negara dan bangsa yang besar dan membahagiakan seluruh makhluk hidup.
Nammyohorengekyo
Nammyohorengekyo
Nammyohorengekyo
Jakarta, 07 Mei 2020
Hormat Saya,
Suhadi Sendjaja
Ketua Umum